Buah Hati Lima Hari

Buah Hati Lima Hari

Suatu hari, aku melihat drama drama di tv tentang orang sakit saat hamil lalu terpaksa harus melahirkan walaupun belum pada waktunya, dan dokter bilang, “Kami hanya bisa menyelamatkan satu nyawa saja.” Namun, saking cintanya si ibu, ia merelakan nyawanya demi bertahan hidupnya si anak yang akan dilahirkan.

“Dok, selamatkan anak saya…”

Akhirnya, nyawa ibu tak tertolong, anak selamat, dan si bapak nangis sejadi-jadinya. Dan waktu itu juga aku langsung berguman dalam hati, kalau kondisi seperti itu, aku harus bisa mikir raisonal, aku harus mikirin suamiku dan bapak ibuku. Selamatkan diri sendiri alih-alih menyelamatkan sang anak. Kasian kan anaknya lahir tapi ngga ada emaknya, kasian bapaknya juga bakal ngerawat anaknya sendirian, kasian orang tuaku kalo harus ngurusin cucunya. Mungkin bisa jadi suami nikah lagi. Ya kalo si anakku dapet ibu tiri baik, lah kalo dapet ibu tiri yang jahat, kasian berkali-kali lah…..

Tak terduga, aku mengalami hal itu, aku harus merelakan anakku pergi. Dia lahir saat usia kandunganku 28 minggu atau 7bulan dengan berat 1,490kg dan panjang 38cm. 1 hari pasca melahirkan, bayi tampak sehat dan tidak ada permasalahan apapun. Hari ke-3, dia mulai mengalami infeksi lambung dan meninggal di hari ke-5 di ruang NICU. Inget banget itu hari kamis abis maghrib, suami nelpon dengan posisiku di rumah dan suami di NICU, kondisi kritis dan minta doa.

Di situlah aku berdoa kira-kira begini, “Yaa Allah.. Berikanlah yang terbaik untuk anakku dan suamiku, kasian suamiku di ruang tunggu berhari-hari, sebelumnya dia nungguin aku 8 hari opname tambah 5 hari di ruang tunggu NICU di ruang tunggu terbuka. Jangan siksa keduanya seperti itu. Kalau harus hidup, sehatkanlah anakku, keluarkanlah dia dari NICU agar kita bisa berkumpul bersama. Kalau harus kembali kepada-Mu, segerakanlah dengan baik, dan lapangkanlah hati kami.”

Jam 8 malam tepat, suami nelpon dengan suara tersendat-sendat dan lirih. “Yang…. adek nggak ada.., cepet kesini kalau mau liat adek sebelum dikafan.”

Saat itu juga aku langsung ke RS. dengan nangis sejadi-jadinya. semua berlangsung terlalu cepat. sampai di RS, suami langsung meluk, “Ikhlasin yaaa..” Dan aku masih diam dan melihat jenazah anakku dengan masih legowo sampai selesai dia dikafani di ruang jenazah. Aku minta malam itu juga dimakamkan, dan kita sepakati pemakaman di Malang.

Perjalanan dari Surabaya ke Malang, baru aku sadar, “Ini aku mau balik ke Malang buat pemakaman anakku.” Langsung di mobil aku nangis sejadi-jadinya. suami menggendong jenazah anak di mobil ambulan, dan aku berada di mobil bapak. Aku, adik dan Ibu, kami bertiga nangis semua di mobil. Adik mengendarai mobil sambil terus mengusap air mata di pipinya, Ibu, beristighfar terus. dan aku hanya bisa menangis teriak2 selama perjalanan itu.

Kami tiba di rumah pukul 12.00, beberapa warga sudah menyambut kami. “Mereka menyambut kedatangan jenasah anakku.” Setelah disholatkan di mushola depan rumah, jenazah langsung dibawa ke pemakaman untuk peristirahatan terakhir.

Suamiku tampak tegar, tapi kutau, ada kesedihan yang teramat dalam tampak dari tatapan matanya. Dia yang mengharapkan anak laki-laki,, tapi hanya bisa menggendong saat dia tak bernyawa.

Dua bulan berturut-turut, aku nggak bisa tidur, harus ada temen, dan tiap malampun aku meratapi kepergiannya. Pun sampai detik ini, di sini, menulis ini, tak terasa air matapun jatuh mengingat-ingat saat itu.

Terima kasih kepada suamiku sangat sabar menghadapi semua ini, dia yang menguatkanku, tak pernah memperlihatkan kesedihannya tapi itu yang malah membuat aku semakin miris. Kesedihan yang terpendam.

Semoga dikuatkan kita berdua..

Semoga ada hikmah dibalik semua ini..

Semoga ini adalah cobaan, bukan adzab..

Semoga anak kami menjadi syafaat untuk membawa kita ke surga..

Terimakasih untuk semua yang telah support kami sampai sekarang.

Info perlengkapan ibu hamil dan bayi :

susu bayi khusus prematur / human fortifier : https://shp.ee/z9rj8wb

susu hamil : https://shp.ee/xw4shy3

korset hamil : https://shp.ee/xw4shy3

perlengkapan bayi : https://shp.ee/3v2qhcj

Leave a comment